Pengikut

Sabtu, 28 Maret 2009

Pencemaran Air,,,, mau?

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah benda alami yang cair, tidak berwarna, tembus cahaya, tidak ada rasa, bisa membeku pada suhu 0˚ C dan mendidih/menguap pada suhu 100˚ C, bentuknya selalu berubah sesuai bentuk tempat ia berada, dapat melarutkan dan melapukkan benda-benda keras tertentu dan dapat melepaskan kembali zat yang larut di dalamnya (Daryanto, 1995 : 1). Oleh karena itu air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi manusia, terutama untuk memasak dan minum. Dengan pesatnya perkembangan penduduk maka kebutuhan khususnya air bersih untuk masyarakat juga semakin bertambah besar (Nura Idaman Said, 1999 : 38)

Namun dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Karena untuk mendapatkan air yang bersih, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya. Dan ketergantungan manusia terhadap air pun semakin besar sejalan dengan perkembangan penduduk yang semakin meningkat (Kadek Diana H. dan I G M Konsukartha, 2007). Dengan kata lain pencemaran air didefinisikan sebagai masuknya limbah ke dalam air yang mengakibatkan fungsi air turun sehingga tidak mampu lagi mendukung aktifitas manusia dan menyebabkan timbulnya masalah penyediaan air bersih. Bagian terbesar yang menyebabkan pencemaran air adalah limbah cair dari industry di samping limbah padat berupa sampah domestik (http://gerrydevil.wordpress.com/2008/03/08/pencemaran-air/).

Polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, tetapi bukan berarti semua itu sudah terpolusi. Air permukaan dan air sumur biasanya mengandung bahan-bahan terlarut seperti Na, Mg, Ca, dan fe. Begitu juga dengan air yang berada di angkasa selalu mengandung bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa dari atmosfer. Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan secara normal disebut polusi. Ciri-ciri air yang mengalami polusi sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi (Srikandi Fardiaz, 1992 : 19-20).

Berdasarkan siklus hidrologi sumber air diklasifikasikan menjadi tiga yaitu air angkasa (hujan, salju, es), air tanah (mata air, sumuran dangkal, sumuran dalam, air artesis), dan air permukaan (sungai, telaga alam, telaga buatan). Untuk itu perlu diketahui faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya pencemaran yang terjadi baik itu di air angkasa, air permukaan, maupun air tanah.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan kami bahas meliputi :

1.2.1 Indikator pencemaran air dan sifat air yang tercemar

1.2.2 Karakterisitik air angkasa, air permukaan, dan air tanah

1.2.3 Faktor-faktor penyebab timbulnya pencemaran air angkasa, air permukaan, dan air tanah

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya pencemaran yang terjadi di air angkasa, air permukaan, dan air tanah.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi indikator pencemaran air dan sifat air yang tercemar.

1.3.2.2 Mengidentifikasi karakterisitik air angkasa, air permukaan, dan air tanah.

1.3.2.3 Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab timbulnya pencemaran air angkasa, air permukaan, dan air tanah

1.4 Manfaat

1.4.1 Pengembangan materi untuk mata kuliah Manajemen Pencemaran Air (PMA) khususnya bagi mahasiswa DIV Program Studi Kesehatan Lingkungan Surabaya.

1.4.2 Menambah pengetahuan masyarakat tentang factor-faktor penyebab timbulnya pencemaran air angkasa, air permukaan, dan air tanah.

Hujan Asam

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Udara merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia, namun dengan semakin meningkatnya pembangunan di sektor industri semakin tinggi pula tingkat pencemaran udara. Pencemaran udara menurut Mukono (2000), adalah adanya bahan kontaminasi di atmosfir karena ulah manusia (man made). Masalah pencemaran udara terutama berkaitan dengan permasalahan perkotaan modern. Dewasa ini, boleh dikatakan bahwa tidak ada kota besar didunia ini yang terhindar dari bahaya pencemaran udara.

Pencemaran udara selain menyebabkan penyakit pada manusia, seperti gangguan saluran pernafasan bahkan ke arah kanker juga mengancam secara langsung eksistensi tumbuhan dan hewan, maupun secara tidak langsung mengancam ekosistem dimana mereka hidup (Soedomo, 2001). Beberapa unsur pencemar (pollutan) kembali kebumi melalui proses deposisi asam atau salju yang dapat menyebabkan sifat korosif pada bangunan, tanaman, hutan, disamping itu juga membuat sungai dan danau menjadi suatu lingkungan yang berbahaya bagi ikan-ikan karena nilai pH yang rendah.

Sektor industri merupakan penyumbang pencemaran udara melalui bahan bakar fosil untuk pembangkit tenaga. Industri di Indonesia masih banyak yang menggunakan batu-bara sebagai salah satu sumber energi kegiatan di industri. Hal tersebut tentunya akan memberikan dampak kepada lingkungan yang baik secara langsung maupun tidak langsung juga memberikan pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Salah satu jenis sumber pollutan akibat dari pembakaran batu-bara adalah adanya sulfur dioksida dan nitrogen dioksida

Kedua jenis sumber pencemar tersebut dikeluarkan oleh instalasi pembangkit tenaga listrik dan industri berat bersama dengan gas bersuhu tinggi melalui cerobong asap. Waktu tinggal komponen sulfur dan nitrogen di atmosfir cukup panjang., sehingga transportasi atau pergerakan bahan tersebut oleh angin dapat mencapai ribuan kilometer. Setelah mengalami deposisi basah dan kering, gas SO2 dan NO2 akan mengalami transformasi kimia dan pengasaman. Berasal dari dua kejadian tersebut maka dapat ditimbulkan adanya hujan asam.

Hujan asam dapat berdampak negatif terhadap ekosistem peraian dan terestrial antara lain keasaman air bawah tanah, keasaman tanah dan air permukaan. Dampak yang diberikan dapat secara langsung memberikan perubahan terhadap lingkungan. Dengan adanya perubahan lingkungan, yaitu perubahan lingkungan menjadi suasana asam serta kejenuhan asam nitrat dan asam sulfat akan mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap manusia. Efek atau gangguan kesehatan yang dituimbulkan dari menghirup pollutan tersebut adalah gangguan kinerja paru (Hunter BT, 2004).

Dari permasalah diatas dapat diketahui bahwa hujan asam tidak hanya mengakibatkan dampak terhadap lingkungan namun juga kesehatan, maka selayaknya kita mengetahui akan mekanisme, kotributor dan dampak yang lebih jelas akan hujan asam. Oleh karena itu disusunlah makalah dengan judul ”Fenomena Hujan Asam” ini.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang hujan asam seagai salah satu akibat dari pencemaran udara.

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui tentang pengertian tentang hujan asam

b) Mengetahui tentang kontributor hujan asam

c) Mengetahui tentang efek dari terjadinya hujan asam

C. Manfaat

Dengan disusunnya makalah ini pembaca dapat mengetahui tentang hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya hujan asam, sehingga pembaca dapat berperan serta menjaga kondisi lingkungan.

_______________________________________________________________________________________


BAB II

ISI

A. Pengertian Hujan Asam

Hujan asam adalah hujan yang bersifat asam daripada hujan biasa (Hunter BT, 2004). Deposit asam dari atmosfer dapat bersifat abash (dari hujan, salju, atau hujan es) atau kering (dari pertukaran turbulen dan pengaruh gravitasi yang tidak berkaitan dengan hujan). Hujan asam dikenal pertama kali pada tahun 1950, yaitu pada saat hujan asam tersebut memberikan dampak negative berupa air yang bersifat asam di danau Skandinavia dan Kanada (Mukono, 2000).

Istilah keasaman berarti bertambahnya ion hydrogen ke dalam suatu lingkungan. Suatu lingkungan akan bersifat asam jika kemasukan ion hydrogen yang bersal dari asam sulfat (H2SO4) dan atau asam nitrat (HNO3). Satu reaksi penting dalam oksidasi sulfur dioksida adalah antara sulfur dioksida yang terlarut dan hydrogen peroksida.

B. Kontributor Hujan Asam

Terdapat beberapa sumber alami yang berperan dalam hujan asam. Senyawa-senyawa sulfur, terutama dimetil sulfida, berawal dari sumber-sumber dilaut, dan sulfat dalam butiran air laut. Baik hidrogen sulfida maupun bentuk-bentuk sulfur yang lain berasal dari bakteri anaerob dan tumbuhan, sebagian besar sulfur ini diubah menjadi sulfur dioksida dalam udara. Sejumlah kecil sulfur, dalam berbagai bentuknya berawal dari gunung berapi.

Namun, aktivitas industri jauh lebih besar dan banyak mengeluarkan sulfur, terutama dari pembakaran batu-bara dan minyak pada pembangkit listrik dan tungku industri, serta peleburan bijih non-besi.sulfur dioksida dilepaskan dari alat-alat listrik maupun pemanas yang digunakan pada bangunan komersial dan industri serta perumahan.

Oksida-oksida nitrogen, yakni sebagai penyebab utama lainnya pada pembentukan hujan asam, terutama berasal dari kendaraan bermotor berbahan bakar bensin. Saat gas mencapai atmosfer , terjadi suatu reaksi dengan kelembapan dan terbentuklah asam nitrat. Adapun juga jenis penyebab lain adanya hujan asam yaitu amoniak (NH3) yang terutama berasal dari kandang ternak (Mukono, 1997).

Beberapa pollutan yang berbahaya tersebut membentuk asam dan terbawa oleh angin hingga ribuan mil, dan kemudian mengendapnya di danau-danau atau pada hutan-hutan yang jauh dari sumbernya. Dalam skala pH, hujan asam berada dalam kisaran cuka, jus limun, dan air aki (Hunter BT, 2004).

C. Efek Terjadinya Hujan Asan

Hujan asam dapat secara amat negatif mempengaruhi sistem perairan. Pengendapan asam menyebabkan air permukaan menjadi asam. Hujan asam menyebabkan kematian ikan dan sejumlah kematian ikan dan sejumlah perubahan lingkungan di air.

Hujan asam menimbulkan kerusakan yang serius dan meluas pada hutan. Ekosistem hutan-hutan di Eropa telah sedemikian rusak sehingga banyak negara berjanji akan mengurangi secara signifikan emisi sulfur dioksida mereka.

Hujan asam mempengaruhi tanaman pertanian. Kerusakan serius, terutama pada lahan-lahan yang terletak dengan sumber pemicu hujan asam. Hujan asam mempercepat pencucian logam-logam toksik seperti timbal, merkuri, dan kadmium, dari tanah yang akhirnya mengalir ke danau dan sungai. Keasaman yang berlebihan pada air sumur juga menyebabkan timbal dan tembaga tercuci, lalu masuk ke cadangan air.

Hujan asam yang menimbulkan berbagai dampak atas tanah dan air. Dengan menurunkan pH air, hujan asam yang mengandung nitrogen oksida menyebabkan badan-badan air kelebihan nitrogen. Setelah limbah pupuk, hujan asam merupakan sumber polusi kedua pada badan air. Polusi nitrogen pada badan air dapat menyebabkan berbagai makhluk perairan kekurangan oksigen dan cahaya matahari.

Hujan asam mempengaruhi material dan bangunan. Bagi besi hasil galvanisasi (pelapisan besi dengan seng), pengendapan asam oleh polusi industri bertanggung jawab atas sekitar separuh dari angka perkaratan rata-rata (Hunter BT, 2004). Bangunan batu yang terdiri dari karbonat mengalami kerusakan akibat pengendapan asam yang berasal dari polusi industri. Hujan asam diperkirakan merupakan penyebab hampir 30% dari rata-rata kerusakan material.

Hujan asam juga dapat mengurangi jarak pandang. Polutan-polutan yang terkait dnegan pengendapan asam mengganggu transmisi sionar di atmosfir, dan mengurangi jarak pandang.

Hujan asam juga dapat berbahaya bagi kesehatan manusia. Menghirup asam nitrat dan asam sulfat bahkan hanya dalam jumlah kecil sudah dapat mengganggu kinerja paru-paru manusia. Pada tahun 1984, terdapat sekitar 600 kasus penyakit paru berat dlaam periode bulan di Yokkaichi, Jepang. Semua korban tinggal relatif dekat dengan sebuah pabrik pigmen titanium dioksida yang melepaskan 100-300 ton aerosol asam sulfat setiap bulannya. Konsentrasai rata-rata asam dan kasus penyakit paru menurun seiring dengan meningkatnya jarak dari pabrik tersebut. Lebih jauh lagi, kasus penyakit paru menurun tajam saat pabrik memasang alat pengontrol untuk menghilangkan asam sulfur dari emisinya. Hasil-hasil ini membuktikan bahwa penyakit paru secara langsung disebabkan oleh pajanan pada asam sulfur di udara, yang adalah komponen hujan asam.

Di Indonesia sekarang ini sedang dalam proses indsutrialisasi sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia akan turut serta dalam menambahkan komponen hujan asam, melalui pengeluaran emisi dari proses produksi yang mengandung sulfur, maupun komponen lain peneyebab terjadinya hujan asam. Selain dari industri yang ada, indonesia menjadi negara yang akan merasakan hujan asam karena pembangkit listrik untuk menyuplai energi memakai bahan bakar fosil yaitu batu-bara, dimana pembakaran yang terjadi akan mengeluarkan emisi penyebab terjadinya hujan asam. Untuk itu segala pihak yang terkait dengan pengontrol emisi dan polutan akibat suatu aktivitas penyebab hujan asam harus bekerjasama mulai dari pemerintah melalui departemen lingkungan hidup dan masayarakat sebagai pengontrol peraturan diberlakukan atau tidak melalui LSM lingkungan hidup.


___________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hujan asam adalah hujan yang bersifat asam daripada hujan biasa.

2. Kontributor hujan asam adalah SO2, NO2, dan NH3.

3. Efek dari terjadinya hujan asam antara lain adalah kerusakan lingkungan, kerusakan material serta bangunan dan gangguan kesehatan.

B. Saran

1. Agar pemerintah dan masyarakat baik dari kalangan industri maupun umum bekerja sama agar peraturan yang berkaitan dengan upaya penurunan polusi udara dapat terlaksana dan diterapkan dengan baik dan seksama.

2. Atas keterbatasan kemampuan penulis, diharap pembaca dapat mengembangkan materi dan substansi yang terkandung dalam makalah ”Fenomena Hujan Asam” ini lebih baik dan lengkap.